Kualitas Prima:

Join AdClickXpress

18.10.08

Penanganan Limbah

1. Limbah Cair
Waste Water treatment dioperasikan untuk mengolah seluruh air buangan, selain air hujan dan limbah B3 yang memerlukan penanganan khusus yang terdapat di CCBI West Java sebelum dibuang ke badan air (sungai) sehingga dihasilkan air buangan yang memenuhi nilai ambang batas yang diizinkan.
Air limbah dari semua saluran (kecuali saluran air hujan), dilewatkan ke bar screen yang berfungsi untuk memisahkan kotoran-kotoran, seperti sampah, plastik, sedotan, dsb. Kemudian dilewatkan ke bak fat trap dengan jumlah bak 7 buah dan memiliki kapasitas 50 m3. Pada bak fat trap ke-6 terdapat oil separator yang berfungsi untuk memisahkan air limbah dari kotoran-kotoran sejenis lemak dan minyak. Lemak dan minyak memiliki massa jenis yang lebih rendah dari air, sehingga lemak dan minyak akan tertahan dibagian atas permukaan air. Sedangkan air limbah dengan massa jenis yang lebih besar akan berada dibagian bawah, lalu minyak dan lemak tersebut diangkat keluar dan diserap oleh busa.
Air limbah dari bak fat trap yang sudah tidak mengandung minyak akan ditarik oleh pompa ke dalam bak equalisasi dengan volume 500 m. Dalam bak equalisasi air limbah ini akan diaerasi oleh aerator agar air limbah beserta kotoran-kotorannya tercampur secara homogen.
Bak equalisasi ini berfungsi sebagai bak untuk menghomogenkan air limbah sebelum diolah lebih lanjut. Untuk keperluan tersebut bak equalisasi dipasang earator yang fungsinya adalah sebagai preareasi air limbah. Dengan demikian diharapkan air limbah yang akan diolah lebih lanjut cenderung memiliki kualitas yang konstan, sehingga memudahkan pengolahan. Selain itu bak equalisasi ini berfungsi sebagai pH adjusment (penentuan pH). Didalam bak equalisasi ini air limbah akan dinetralisasi dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4) 98 %. Sehingga diharapkan air limbah tersebut memiliki pH 6,5-8. pH dapat diketahui dengan menggunakan “Dulcometer”. Dalam bak equalisasi ini terdapat 3 logam (katoda) yang terletak diatas permukaan air dan memiliki permukaan yang panjangnya berbeda-beda. Bila air limbah telah menyentuh katoda yang terpendek, maka dengan otomatis air limbah tersebut ditransfer dan bila air limbah sudah tidak menyentuh katoda terpanjang maka transfer akan dihentikan.
Air limbah yang ditransfer dari bak equalisasi akan ditampung dalam bak oxidation ditch dengan volume 1600 m3. Dalam bak oxidation ditch ini, terjadi pengolahan limbah secara biologi yaitu pengolahan air limbah dengan menggunakan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah bakteri yang membutuhkan oksigen (O2). Bakteri tersebut adalah Pseudomonas sp, Coliform, Staphylococus aureus, dan Acebacter. Bakteri tersebut akan menguraikan zat-zat organik yang terdapat dalam air limbah. Di dalam bak oxidation ditch ini pula terdapat dua aerator yang terletak disebelah barat dan timur, yang berfungsi untuk menghomogenkan air sehingga oksigen yang terlarut dalam air cukup besar. Kadar oksigen terlarut minimum adalah 2 ppm. Jika DO<2 naikkan (tinggikan) outlet di bak aerasi sehingga level air naik. Hal tersebut disebabkan oleh level air di bak aerasi terlalu rendah, sehingga surface aerator tidak berfungsi sempurna. Selain oksigen bakteri juga membutuhkan nutrisi untuk menambah nafsu makan sehingga bakteri tersebut dapat memakan bakteri yang merugikan. Nutrisi yang dibutuhkan itu diperoleh dari penambahan 10 kg TSP dan 27 kg Urea yang masing-masing dilarutkan ke dalam 1000 liter setiap harinya. Penambahan nutrisi tidak akan sama setiap harinya disesuaikan dengan volume air limbah yang masuk kemudian diukur BOD dan menggunakan perbandingan kebutuhan nutrisi BOD:5:1 atau 100:5:1. Selain itu pH juga harus sesuai bagi pertumbuhan bakteri yaitu antara pH 7,0-9,0.
Dari bak oxidation ditch air limbah ditarik kedalam secondary clarifier dimana terjadi pemisahan antara lumpur dan cairan. Lumpur yang terbentuk akan mengendap dibagian bawah sedangkan cairan bening akan mengalir melalui permukaan atas clarifier. Pada bak ini terdapat scrapper yang berfungsi untuk menyapu dan mengumpulkan lumpur ke bawah center well. Lumpur yang terdapat dalam air limbah dimasukkan ke dalam sludge collector dengan menggunakan pompa dan disirkulasikan ke dalam bak oxidation ditch. Air limbah pada bak Oxidation ditch selalu dilakukan pemeriksaan jumlah padatan tersuspensi dalam air limbah yang dinyatakan dalam satuan persen (%) dengan menggunakan inhoft. Bila MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid) tersebut > 70 % maka lumpur dalam sludge collector harus dibuang ke dalam drying bed dengan jumlah bak 5 buah yang bervolume masing-masing 50 m3.
Didalam drying bed lumpur akan dikeringkan dengan bantuan sinar matahari. Lumpur akan tertahan di bagian atas (permukaan pasir) sedangkan air yang terkandung di dalamnya akan menyerap ke dasar bak dan dialirkan ke dalam bak kontrol, lalu disirkulasikan kembali ke dalam secondary clarifier. Lumpur tersebut akan mengering dan membentuk padatan yang siap untuk dibuang ke land fill dengan cangkul atau sekop. Drying bed yang terdapat di sistem pengolahan limbah CCBI West Java terdiri dari 2x5 buah bak pasir, masing-masing disekat oleh tembok dan dipakai secara bergiliran. Bila bak sudah mulai mampet, pasir di bak harus dicangkul kembali agar tidak mengeras atau padat sehingga proses dewatering menjadi lancar kembali.
Pada saat air ditransfer ke dalam bak secondary clarifier terjadi overflow (luapan air). Luapan ini berwarna jernih dan kemudian dialirkan kedalam kolam ikan. Kolam ikan befungsi sebagai indikator untuk memeriksa kelayakan air limbah sebelum dibuang ke sungai. Jenis ikan yang digunakan adalah ikan mas. Sedangkan sebagian lagi dilakukan pengolahan menggunakan sand filter dan carbon filter untuk menyaring lumpur atau pasir yang masih terbawa dalam limbah yang akan dipergunakan kembali untuk keperluan umum (general use).

2. Limbah Padat

Limbah padat yang berasal dari proses produksi mulai dari kemasan bahan baku, kemasan botol untuk produk jadi, hingga barang-barang bekas dari kegiatan penunjang lainnya seperti proyek perbaikan produksi (bekas mesin produksi, pompa hisap, dsb) serta aktivitas di bagian fleet (ban bekas, mesin mobil termasuk penampung minyak pelumas) dikumpulkan oleh bagian masing-masing pada tempat yang telah disediakan sesuai dengan peruntukannya. Limbah padat tersebut akan dibuang melalui pihak ketiga yakni pengelola yang berlisensi dan ditunjuk oleh PEMDA setempat untuk didaur ulang.
Sampah yang merupakan sampah domestik ditampung ditempat penampungan sementara yang telah disediakan dan secara berkala diangkat oleh pihak ketiga yang telah direkomendasikan oleh PEMDA setempat untuk dibuang ketempat penampungan terakhir (TPA). Sehingga dengan demikian limbah padat disalurkan atau dibuang secara teratur tanpa mencemari lingkungan sekitar pabrik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar